estetika itu relative. Aku menganggapnya sebagai ketidakaturan yang menawan.
estetika itu relative. Aku menganggapnya sebagai ketidakaturan yang menawan.

Selasa, 01 Januari 2013

ISLAM & MODERNISASI PENDIDIKAN



A. Latar belakang

   Salah satu hal yang banyak dibicarakan orang ramai belakangan ini adalah hubungan antara Islam dengan Pendidikan yang berkembang seiring dinamisnya pergerakan modernisasi. Segelintir orang beranggapan bahwa modernisasi merupakan suatu hal yang “bid’ah”. Dan bid’ah merupakan salah satu virusnya agama yang harus dihindari. Sedangkan sebagian yang lain berpendapat bahwa modernisasi bertujuan untuk
membebaskan umat Islam dari belenggu sistem yang stagnan menuju pembaharuan tanpa mengesampingkan hukum islam yang hakiki.

   Handphone misalnya, mempermudah komunikasi antar sesama muslim yang berguna untuk memperkuat tali ukhuwah Islamiah tanpa perlu susah payah berkirim surat. Umat Muslim di indonesia kini tak perlu lagi menunggu 3 bulan demi melihat ka’bah, dalam waktu hanya 9 jam saja mereka sudah sampai di tujuan dengan menggunakan salah satu fenomena yang lahir sebagai akibat dari proses modernisasi (baca: pesawat). Tak dapat dipungkiri bahwa banyak ilmu pengetahuan yang terbit akibat tekanan modernisasi, sehingga ilmu pengetahuan tersebut dapat melahirkan suatu teknologi yang berkembang secara mutakhir. Jika ada yang berpendapat bahwa “kembali ke Islam berarti kembali ke tempo doeloe”, mungkinkah syarat agar Islam dapat dijalankan secara kaffah adalah dengan meninggalkan semua teknologi dan pemikiran yang dilahirkan dari pengetahuan hasil modernisasi...?


B. Perkembangan Islam dan modernisasi

    Jauh ketika umat Kristen masih terbelenggu dalam kegelapan. Islam sudah mengenal apa itu mandi dan apa itu kebersihan seperti yang diajarkan nabi -Muhammad saw sementara orang-orang Eropa pada waktu itu belum mengenalnya, sehingga badan mereka begitu bau. Orang Eropa mulai mengenal bersuci ketika terjadi kontak dalam Perang Salib. Ketika Yerusalem direbut, maka banyak orang-orang Frank (sebutan untuk tentara Salib) datang ke tempat-tempat pemandian, mereka sangat senang. Namun mereka belum memiliki adab, mereka masuk kepemandian dengan telanjang sementara orang muslim masuk ke pemandian dengan ditutupi oleh handuk .

    Islam memberikan ruang berpikir yang sangat luas untuk menjadi modern. Para ahli matematika, geografi, falak, kedokteran, filsuf dan sosiolog banyak lahir dari kalangan Islam. Dalam bidang matematika misalnya, lahir sosok Al Khawarizmi, angka nol yang ia temukan telah membuka ruang untuk penemuan-penemuan hebat setelahnya, seperti penemuan termometer. di bidang kedokteran ada seorang Ibnu Sina yang telah membuat buku tentang kedokteran yang menjadi bahan bacan rujukan di bidang ilmu ini.

    Disaat bangsa barat kebingungan untuk mengimplimentasikan Ilmu yang dipikirkan oleh para filsuf bagsa yunani terdahulu, akibat terkekang dengan kekuasaan gereja pada abad ke-5 M sampai dengan abad ke-15 M, Islam telah lebih dulu mengembangkan hasil pemikiran dari para filsuf tersebut. Hal ini membuktikan bahwa Islam bukanlah agama yang menolak modernisasi pendidikan, tetapi islam bisa dikatakan sebagai salah satu pelopor modernisasi pendidikan .

   Pada abad ke-16 M bangsa Eropa, terutama eropa timur mulai bangkit, bercermin pada majunya kebudayaan Islam, mereka mulai meninggalkan zaman kegelapan menuju ke era renaissance (lahir kembali), proses sekularisme diberlakukan yakni dengan cara pemisahan dokrin agama Nasrani dari aturan -                                                                      
kehidupan. Dengan demikian mereka dapat dengan bebas berkreasi tanpa dibatasi oleh dinding-dinding keagamaan nasrani yang begitu kokoh dikalangan gereja. Sampai akhirnya pada abad ke-18 mereka melahirkan masa peradaban modern yang lebih dikenal dengan masa pencerahan (enlightenment). Seorang sejarawan terkenal, Arnold Toynbee, mengatakan bahwa modernitas telah membuat orang barat tidak lagi berterima kasih kepada Tuhan, tetapi terhadap diri mereka sendiri karna telah berhasil membebaskan diri dari kungkungan gereja katolik pada abad pertengahan . Oleh karena itu masa enlightenment disebut juga dengan masa pemujaan akal.

    Pada abad ke-19 M, kaum liberarisme kristen protestan mulai menisbatkan term  modernisme dalam tubuh mereka. Tren ini memiliki kemiripan dengan gerakan liberasme kaum yahudi, yakni sama-sama menyelaraskan agama dengan sains dan filsafat agar sesuai dengan perkembangan zaman.

      Kejayaan Islam di bidang ilmu pengetahuaan mulai mengalami gejolak ketika bangsa mongol menyerang dan membakar perpustakaan yang berisi buku-buku Islam pada masa dinasti bani Abbasiyah, gejolak itu pun terjadi di  Andalusia, tatkala Ratu Isabella mengusir Umat Muslim yang berdomisili di daerah yang kelak akan bernama Spanyol tersebut, Buku-buku hasil karya Ilmuan Muslim lalu diterjemahkan sebagai karya orisinil bangsa barat di kemudian hari. Dan akhirnya dinasti terakhir kaum Muslim bani Utsmani harus runtuh karena larut dalam paham modernisasi yang salah, yang didengungkan dengan keras oleh Mustafa Kemal Attaturk yaitu dengan cara berkiblat pada kaum barat yang kala itu terkenal denga pengetahuannya yang menakjubkan tanpa memerhatikan unsur-unsur Islam (baca: sekularisme) dan yang lebih detail lagi menganggap kaum Muslim berjenggot sebagai kaum ekstrimis.

     Invansi Mesir oleh Napoleon Bonaparte tahun 1798 M, merupakan tonggak sejarah bagi umat Islam untuk mendapatkan kembali kesadaran akan kelamahan mereka. Ekspedisi Napoleon tersebut bukan hanya menunjukan akan kelemahan umat Islam. Tetapi juga sekaligus menunjukan kebodohan mereka dalam bidang pengetahuan. Dalam ekspedisi itu Napoleon membawa sepasukan tentara dan para ilmuan dengan seperangkat peralatan ilmiah yang dipergunakan untuk mengadakan penelitian di Mesir.

      Eksploitasi dan intervensi barat lama kalamaan menyadarkan akan keterbelakangan umat Islam. Mereka sadar kuatnya control barat terhadap mereka terhadap kemajuan modern yang di miliki oleh barat. Inilah yang menyadarkan mereka dari keterbelakangan mereka dan kelemahannya. Sehingga timbul usaha pembaharuan atau modernisasi dalam segala aspek kehidupan terutama di bidang pengetahuan yang di pelopori oleh kaum-kaum intelegensia muslim.


C. Islam dan Sistem Pendidikan Modern

    Muhammad Fathurrohman, akademisi UIN Maliki Malang, mendefinisikan pendidikan sebagai sebuah aktifitas manusia yang memiliki maksud tertentu, yang diarahkan untuk mengembangkan individu sepenuhnya. Konsep pendidikan islam tidak dapat sepenuhnya dipahami tanpa lebih dulu memahami penafsiran islam tentang pengembangan individu sepenuhnya. Hanya melalui perbandingan konsep manusia dan pengembangannya dengan berbagai konsep yang timbul dalam masyarakat modern, barulah kita dapat memahami sifat berbagai problem yang kita hadapi dan cara menjawabnya. Adapun tujuan akhir pendidikan muslim adalah perwujudan penyerahan mutlak kepada Allah, pada tingkat individual, masyarakat dan kemanusiaan pada umumnya .

     Dengan demikian, modernisasi dapat dikatakan “memaksa” proses kurikulum, cara, metodologi, situasi dan pendidikan Islam dari yang tradisional (ortodox) kearah yang lebih rasional, dan professional sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini.  Kemoderenan ini cenderung menghasilkan jebakan baru yang bernama cultural shock, virus langka namun mematikan ini lambat laun ikut andil dalam penyelenggaraan sistem pendidikan Islam. Para pelaku sumber daya kependidikan Islami seakan tak sadar mereka telah terjebak, Mereka mengabaikan sebuah penawar yang sangat ampuh, yaitu ‘amar ma’ruf, nahi munkar dan melalaikan sumber segala hukum, Al-Qur’an dan Hadits.

       Memang saat ini banyak lembaga pendidikan Islam yang telah berhasil menjalankan sistem kemoderenan tanpa mengabaikan nilai-nilai Islami yang hakiki, namun itu hanya sebagian dan tak bisa dijadikan parameter langsung, sebab sebagian lainnya cenderung terperangkap jebakan cultural shock dan akhirnya berkiblat pada prinsip sekularisme-nya “orang barat”, yaitu pemisahan Ilmu pengetahuan dengan Pemilik ilmu pengetahuan.
    

       Dalam konteks agama Islam, manusia merupakan khalifah di muka bumi ini, hal ini amat bertentangan dengan prinsip sekularisme. Pemisahan nilai-nilai kependidikan dari sumber religiusnya (Tuhan), telah membuat proses sekularisme itu menghancurkan kemuliaan manusia sebagai khalifah Tuhan di muka bumi ini. Dengan demikian, jelas tidak mungkin mengkompromikan islam dengan sekularisme, dimana sekulerisme berarti pendekatan ilmiah modern terhadap pengetahuan dan pola hidup, maka tidak ada penyesuaian yang dapat diterima. Apa yang dikatakan Qur’an dalam konteks serupa juga benar. Orang-orang muslim tidak dapat menjadi modern dalam pengertian diatas, kopromi tidak mungkin dilakukan antara kafir dengan iman, ketidakpercayaan dengan kepercayaan, sekulerisme dan islam . Orang-orang muslim tidak dapat mempercayai asumsi dasar bahwa kebudayaan dan peradaban islam sama dengan peradaban barat modern.


     Nurcholis Madjid, tokoh modern Islam terkemuka, menjelaskan bahwa sekularisme adalah nama untuk suatu ideology yang terpisah dengan modernisasi, suatu pandangan dunia yang tertutup, yang berfungsi sangat mirip sebagai agama baru. Selanjutnya Cak Nur menegaskan, bahwa sekularisme adalah faham keduniawian, faham ini mengatakan bahwa kehidupan duniawi adalah mutlak dan terakhir. Tidak ada lagi kehidupan sesudahnya. Oleh karena itu , ia menolak sekularisme , sebab sangat bertentangan dengan agama, khususnya Islam . Dan sekularisme sebagai sentral keyakinan tersebut dapat di jumpai dalam Al-Qur’an , Surat al-Jassiyah, ayat: 24; yang  memberi gambaran sebagai berikut :

“ Mereka (orang-orang kafir itu) berkata ; tidak ada kehidupan kecuali kehidupan  dunia kita ini saja. Kita dan kita hidup, dan tidak ada sesuatu yang membinasakan kita, kecuali masa,…”.

          Di Indonesia sendiri perkembangan pendidikan Islam pada awalnya masih dilaksanakan secara tradisional belum tersusun kurikulum seperti saat ini. Baik itu pendidikan di surau maupun pesantren. Modernisasi pendidikan Islam di Indonesia sangat di perlukan. Modernisasi pendidikan Islam diakui tidaklah bersumber dari kalangan Muslim sendiri, melainkan diperkenalkan oleh pemerintahan kolonial belanda pada awal abad 19. Program yang dilaksanakan oleh kolonial Belanda adalah dengan mendirikan Volkshoolen, sekolah rakyat, atau sekolah desa (Nagari) dengan masa belajar selama 3 tahun, di beberapa tempat di Indonesia sejak dasawarsa 1870-an. Pada tahun 1871 terdapat 263 sekolah dasar semacam itu dengan siswa sekitar 16.606 orang; dan menjelang 1892 meningkat menjadi 515 sekolah dengan sekitar 52.685 murid .    
                                                                              
       Point penting eksprimen Belanda dengan sekolah nagari terhadap system dan kelembagaan pendidikan Islam adalah tranformasi sebagian surau di Mingkabau menjadi sekolah nagari model Belanda. Memang berbeda dengan masyarakat muslim jawa umumnya memberikan respon yang dingin, banyak kalangan masyarakat muslim Minangkabau memberikan respon yang cukup baik terhadap sekolah desa . Perbedaan respon masyarakat Muslim Minangkabau dan jawa banyak berkaitan dengan watak cultural yang relatif berbeda, selain itu juga berkaitan dengan pengalaman histories yang relatif berbeda baik dalam proses dan perkembangan Islamisasi maupun dalam berhadapan dengan kekuasaan Belanda.

      Selain itu perubahan atau modernisasi pendidikan Islam juga datang dari kaum reformis atau modernis Muslim. Gerakan reformis Muslim yang menemukan  momentumnya sejal abad 20 berpendapat, diperlukan reformasi system  pendidikan Islam untuk mempu menjawab tantangan kolonialisme dan ekspansi Kristenisasi.

       Program modernisasi pendidikan Islam mempunyai akar-akarnya tentang “Modernisasi” pemikiran dan instituisi Islam secara keseluruhan. Dengan kata lain modernisasi pendidikan Islam tidak bisa dipisahkan dengan gagasan dan program modernisasi Islam. Kerangka dasar yang berada dibalik modernisasi Islam secara keseluruhan adalah modernisasi pemikiran dan kelembagaan Islam merupakan persyarat bagi kebangkitan kaum muslim di masa modern.


D. Strategi Menghadapi Modernisasi Ilmu Pengetahuan secara Islami

Presiden Negara Kesatuan Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, dalam pidato kenegaraannya menjelaskan bahwa sekarang kita menghadapi dunia yang penuh dengan tantangan dan peluang. Dunia ini telah diwarnai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat. Kekuatan pasar yang kuat telah banyak memainkan peran dalam arena perdagangan dan investasi. Di sisi lain, kita juga mendapati dunia ini banyak menghadapi ancaman kemiskinan dengan segala dampaknya .

 Masalah utamanya, saat ini manusia begitu tergila-gila pada prestasi material, sukses duniawi, efisiensi dan kesenangan dengan mengijinkan pembaharuan teknologis yang tidak terkontrol dan mengabaikan penyakit ekologi dan sosial mereka. Sikap ini harus diubah, dari sikap yang secara total teknologis menjadi sikap yang mengekang sains dan teknologi dan mengaturnya kembali menjadi sebuah instrument untuk kepentingan moral.                                                                          

 Kekuasaan luar biasa yang diberikan pengetahuan “moderen” kepada manusia, telah membuat semakin pentingnya manusia mengendalikan dirinya secara ketat. Ia dapat melakukan ini hanya kalau ia mencintai Tuhan dan Nabi melebihi cintanya kepada dirinya sendiri, keluarganya atau negaranya, karena dengan hanya begitu ia akan dibimbing oleh “undang-undang” yang lebih penting pada hukum kepentingan diri sendiri dalam masyarakat modern.

Rasulullah saw bersabda (yang maknanya):
“Kalian lebih tahu tentang urusan dunia kalian” [HR. Muslim]

       Hadits tersebut menjelaskan aturan bahwa seorang muslim diperbolehkan mengembangkan segala sesuatu yang dia kuasai terutama yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan selama tidak bertentangan dengan aturan Islam.

        Masyarakat muslim masih tetap memegang asumsi dasarnya, walaupun asumsi itu mendapat kecaman sengit; pihak berwenang harus menerima supremasi al-Qur’an dan Sunnah walaupun mereka mungkin tidak mematuhinya secara ketat; masyarakat juga masih tetap membutuhkan Tuhan dan Nabinya dan tetap menghormati semua Nabi. Kalau para sarjana Muslim dapat merumuskan sesuatu yang religius sebagai pengganti konsep sekularis bagi semua cabang ilmu pengetahuan dan dapat melaksanakan sebuah sistem pendidikan yang layak, semua itu akan menjadi pembuka mata bagi masyarakat modern di Barat dan memperjelas dampak positif dari modernisasi pendidikan .

        Karena itu, konsep pendidikan Islam yang cenderung terkena keterkejutan sosial, perlu ditafsirkan dan dilaksanakan dalam konteks kehidupan modern. Untuk mengatur kembali teknologi dan menggunakannya bagi manfaat manusia dan kehidupan secara luas untuk menyelamatkan manusia dari dehumanisasi dan, yang lebih penting lagi adalah dengan mengimani Tuhan yang maha esa dan melakukan sesuatu dengan prinsip sebagai seorang makhluk yang diciptakan oleh Sang Khalik , marilah kita menegaskan kembali hierarki nilai-nilai, marilah kita merumuskan kembali konsep ilmu-ilmu sosial dan alam serta kemanusiaan. Hanya dengan begitu pendidikan benar-benar akan menjadi kaffah. Dan kita dapat berharap mendapatkan keadaan yang lebih baik, keselamatan dan keamanan umat manusia dan selamat dari dampak negatif modernisasi dan dapat memaksimalkan dampak positif dari modernisasi khususnya di bidang pendidikan.


E. Kesimpulan
1. Islam tidak melarang modernisasi selama modernisasi tersebut tidak bertentangan dengan hukum Islam dan akidah islam.
2. Kemajuan peradaban tidak di tentukan oleh hasil teknologi, tetapi oleh ide dan ideologi, serta sistem yang membangun peradaban itu (pendidikan).
3. Statemen yang menyatakan bahwa modernisasi berkiblat ke barat adalah pendapat yang keliru.
4. Seorang muslim diperbolehkan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan selama hal itu tidak melanggar akidah Islami.


F. Saran        
    Sebagai bagian dari masyarakat muslim kita harus senantiasa mengembangkan dan berusaha memajukan ilmu pengetahuan tanpa mengesampingkan unsur-unsur Islami dengan melakukan filter atau penyaringan, sehingga kita dapat membentengi diri dari dampak negatif modernisasi.  
           

    Setiap sesuatu yang kita pelajari pasti bersumber pada sesuatu yang kuasa, yaitu Tuhan. Mengabaikan agama dalam setiap kehidupan adalah suatu kesalahan besar, karena tidak sesuai dengan kodrat manusia sebagai Khalifah Tuhan di muka bumi ini.


     Modernisasi bukan berkiblat ke barat, karena modernisasi bersifat relative, bahkan umat Muslim telah lebih dulu mempelopori modernisasi ketika bangsa barat masih terlelap di kegelapan.                
    Intinya, setiap sesuatu yang lahir dari proses modernisasi terutama ilmu pengetahuan harus ditinjau dan disaring supaya tidak melenceng dari sumbernya (baca: Ilahi).      


    DAFTAR PUSTAKA

http://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/09/18/konsep-islam-tentang-manusia-metafisika-pendidikan-dan-modernisasi-masyarakat/

Yunus, Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta : Hidakarya Agung, 1984

 http://manajemenpendidikanislam.blogspot.com/2010/02/modernisasi-pendidikan-islam.html

http://edukasi.kompasiana.com/2010/02/23/modernisasi-sistem-pendidikan-islam-80186.html

http://www.republika.co.id

http://makalahmajannaii.blogspot.com/20

http://hudanuralawiyah.wordpress.com/

http://ernielestary.blogspot.com/

Madjid, Nurcholish. Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, Cet. Ke-IV; Bandung: Mizan, 1991.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar